Bimbingan Konseling Cybercounseling IndonesiaLogin

Forum Media Belajar Calon Konselor


descriptiondalam - MUATAN BUDAYA DALAM KONSELING EmptyMUATAN BUDAYA DALAM KONSELING

more_horiz
:ccsc02:

MUATAN BUDAYA DALAM KONSELING

1. Exspresi Budaya
Exspresi adalah dalam bahasa Indonesia adalah sesuatu yang dikata oleh seseorang, tulisan atau pekerjaan yang menunjukkan perasaan mereka, opini atau contoh body language dalam konseling.

  • Mengangkat bahu tanda tidak memahami pembicaraan
  • Melingkarkan telunjuk dan jempol tanda “oke”
  • Anggukan tanda “ya”
  • Geleng tanda “tidak”
  • Acungan jempol
  • Gerakan telapak tangan


Semuanya tanda-tanda (body language) tersebut harus dimengerti maknanya oleh konselor agar tidak “mis communication” antara pemahaman konselor dengan apa yang dimaksud klien.

2. Peranan Bahasa Non Verbal
  1. Pengertian komunikasi non verbal
    Komunikasi non verbal merupakan bentuk komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata, baik lisan maupun tulisan, komunikasi non verbal menggunakan tanda-tanda melalui tubuh, meliputi gerak tubuh, exspresi muka, nada suara, sebagai contoh exspresi muka seorang bisa membedakan apakah orang sedang marah, murung, atau menghadapi ketakutan. “jika seorang mengatakan” saya gembira sekali !” namun wajahnya menunjukkan kemurungan, maka sering kali kita lebih percaya pada tanda-tanda non verbal dari pada komunikasi verbalnya.
    Dengan melihat tanda-tanda komunikasi non verbal kita dapat memahami perasaan seseorang yang sebenarnya.

  2. Tujuan komunikasi non verbal
    Komunikasi non verbal mempunyai beberapa tujuan, diantaranya :
    • Mempermudah tugas-tugas khusus, misalnya mengajari suatu permainan olah raga tertentu, antara lain memperagakan cara berenang yang baik, memperagakan bagaimana mengayunkan raket bulu tangkis atau tennis,dll.
    • Mengexspresikan emosi
    • Memberikan sifat melengkapi, menentang atau mengembangkan pesan-pesan verbal
    • Mengendalikan atau mempengaruhi orang lain
    • Menyediakan / memberikan informasi
    • Mengatur alur suara percakapan


3. Jenis-Jenis Komunikasi Non Verbal
Berikut ini jenis-jenis komunikasi non verbal yang bisa menunjukkan bagaimana seseorang mengexspresikan emosinya dalam berhubungan dengan orang lain diantaranya :
  1. Exspresi muka : wajah anda bisa mengkomunikasi apa yang sebenarnya anda rasakan atau butuhkan.
  2. Gerak tubuh : gerak tubuh bisa menunjukkan komunikasi seseorang.
  3. Intonasi suara : intonasi suara dapat menunjukan komuniksi.
  4. Kontak mata : komunikasi seseorang dapat menggunakan tatapan matanya.
  5. Diam : diam bisa berarti juga sedang melakukan komunikasi.
  6. Prilaku sentuhan : sentuhan merupakan saran penting dalam mengkomunikasikan kehangatan dan kenyamanan seseorang dalam banyak budaya.
  7. Posisi badan : posisi badan dapat menunjukkan bagaimana keadaan anda, apakah anda sedang percara diri, riang, kelihatan bingung, suasana hati yang kurang baik, atau putus asa.

Code:

REFERENSI
-   Sri mulyati. 2008. konseling lintas budaya. STAIN :Curup
-   Depdikbud. 1998. kamus besar bahasa Indonesia . balai pustaka : Jakarta.

descriptiondalam - MUATAN BUDAYA DALAM KONSELING EmptyMUATAN BUDAYA DALAM KONSELING (Lanjutan)

more_horiz
:ccsc1:


MUATAN BUDAYA DALAM KONSELING (Lanjutan)

1. Monokulturalisme
Momokulturalisme merupakan sebuah idielogi atau konsep yang memiliki kehendak akan adanya penyatuan kebudayaan (Homogenitas). dalam monokulturalisme ditandai dengan adanya proses asimilasi, yakni percampuran 2 kebudayaan atau lebih untuk membentuk kebudayaan baru.sebagai sebuah ideologi,monokulturalisme dibeberapa Negara dijadikan landasan kebijakan dan atau strategi pemerintah menyangkut kebudayaan sistenm Negara.
Perkembangan dewasa ini, dimana adanya usaha untuk menciptakan budaya tunggal sebagai identitas budaya Indonesia yang sebagian besar dilakoni oleh media, khususnya televise dengan setting Jakarta-isme adalah sebuah hal yang bertolak belakang dengan semangat pluralisme.kita banyak menemui misalnya di sinetron-sinetron dimana adanya proses monokulturalisme,bahwa yang gaul itu adalah yang ”gue-elo” bahwa yang ndeso itu yang tidak mengikuti apa yang berkembang di Jakarta.
Sentralisme semacam ini mau tidak mau adalah semata-mata hanyalah setting dari kapitalisme untuk mengarahkan agar masyarakat terpolakkan pada system yang sudah di bangun oleh modal,semakin homogen masyarakat, maka mudah sebuah produk untuk dipasarkan dengan selera yang sama,sebaliknya, semakin komplek atau heterogen masyarakat, maka semakin sulit sebuah produk untuk menyentuh pasar secara holisti.
Monokultural menghendaki adanya kesatuan budaya secara normative (istilah) monokulturalisme juga di gunakan untuk menggambarkan homogenitas yang belum terwujud (preexisting homogenisty) sementara itu adalah timbulnya keinginan untuk bersatu antara dua atau kebih kebudayaan yang berbeda dengan cara mengurangi perbedaan-perbedaan sehingga tercipta sebuah kebudayaan baru.

2. Multikulturalisme
Multikulturalisme adalah sebuah filsopi terkadang di tafsirkan sebagai ideologi yang menghendaki adanya persatuan dari berbagai kelompok kebudayaan dengan hak dan status social politik yang sama dalam masyarakat moderen.istilah mulkuturaljuga sering digunakan untuk menggambarkan kesatuan berbagai etnis masyarakat yang berbeda dalam suatu Negara.
Mulkulturalisme berasal dari 2 kata : multi(banyak/beragam)dan cultural (budaya-dan kebudayaan) yang secara etimologi berarti keberagaman budaya –budaya yang mesti di pahami adalah bukan budaya dalam arti sempit, melainkan mesti di pahami sebagai semua di alektika manusia terhadap kehidupannya di alektika ini akan melahirkan banyak wajah, seperti, pemikiran, budaya verbal, bahasa dll.



Mulkulturalisme bertentangan dengan monokulturalisme dan asmilasi yang telah menjadi norma dalam paradigma Negara bangsa (natio)(state) sejak awal abad ke 19 monokulturalisme bertentangan dengan munukulturalisme dan asimilasi yang telh menjadi norma dalm paradigma Negara bangsa (nation-state) menghendaki adnya kesatuan budaya secara normative (istilah monokutural juga dapat di gunakan untuk menggambarkan homogenitas yang belum terwujud (pre-existing homogeneity).
Sementara itu, asimilasi adalah timbulnya keinginan untuk bersatu antara 2 atau lebih kebudayaan yang berbeda dengan cara mengurangi perbedaan perbedaan sehingga tercipta buah kebudayaan baru.
Pada dasarnya, multikulturalisme sendiri menghendaki adanya persatuan dari berbagai kelompo kebudayaan denganhak dan status social yang sama dalam masyarakat moderen (wikipedia) hal ini berbeda dengan mo kulturalisme yang lebih menghendaki kepada adanya kesatuan, yang cenderung homogen, bukan persatuan yang menjad cermin dari harmonisasi dalam pluralitas upaya bersama dalam enyikapi sebuah multikulturalisme dengan menjalankan azas gerakan multikulturalisme menjadi sebuah idiologi yang di anggap mampu menyelesaikan derbagai masalah yang berkaitan dengan multiklturalisme yaitu dengan azas azas sebagai berikut:
  1. Manusia tumbuh dan besar pada hubungn social di dalam sebuah tatanan tertentu, di mana system nilai dan makan di terapkan dalanm berbagai symbol - symbol budaya dan ungkapan ungkapan bangsa
  2. Keanekaragaman budaya menunjukkan adanya visi dan system makan yang berbeda, sehingga dudaya satu memerlukan buaya lain
  3. Setiap kebudayaan secara internal adalah majemuk, sehingga dialog brkelanjutan sangat sangat di perlukan demi terciptanya persatuan.


Multikulturalisme menurut Kenan Malik (1998) multikulturalisme merupakan produk dari kegagalan politik bangsa di Negara barat pada tahun 1960 an. Kemudian gagalnya perang dingin tahun 1989, gagalnya dunia marxisme kemudian gagalnya gerakan diasia tenggara yang menemukan konsep multikutural yang sebenarnya. Jalan keluar dari semua itu menurutnya adalah sebuah keadilan yang masih berpegang pada keanekaragaman budaya yang sejati.
Multikulturalisme menurut al-qur’an menyatakan bahwa : dulu manusia adalah umat yang satu (setelah timbul perselisihan) maka allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan dan allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar untuk memberikan keputusan diantara manusia tentang perkara yang mereke perselisihkan.

Code:

REFERENSI
Neil Bissoondath,selling illusions: The myth of Multikuturalisme.Toronto: pengun,2002.ISBN 978-0-14-10067-5.passim.
See Neil Bissoondath,Selling ILLussions: The Myth of Multiculturalisme.Toronto: penguin,2002.ISBN 978 -0-14-100676-5.
privacy_tip Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
power_settings_newLogin to reply